Pengelolaan pembelajaran lebih menekankan pada kegiatan perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut dalam suatu pembelajaran. Sedangkan
pengelolaan kelas lebih berkaitan dengan upaya-upaya untuk menciptakan dan mempertahankan
kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar (pembinaan rapport,
penghentian perilaku peserta didik yang menyelewengkan perhatian kelas,
pemberian ganjaran, penyelesaian tugas oleh peserta didik secara tepat waktu,
penetapan norma kelompok yang produktif), didalamnya mencakup pengaturan orang
(peserta didik) dan fasilitas.
Terdapat dua
macam masalah pengelolaan kelas, yaitu :
1. Masalah Individual :
- Attention getting behaviors (pola perilaku mencari perhatian).
- Power seeking behaviors (pola perilaku menunjukkan kekuatan)
- Revenge seeking behaviors (pola perilaku menunjukkan balas dendam).
- Helplessness (peragaan ketidakmampuan).
Keempat masalah individual tersebut akan tampak dalam
berbagai bentuk tindakan atau perilaku menyimpang, yang tidak hanya akan
merugikan dirinya sendiri tetapi juga dapat merugikan orang lain atau kelompok.
2. Masalah Kelompok :
- Kelas kurang kohesif, karena alasan jenis kelamin, suku, tingkatan sosial ekonomi, dan sebagainya.
- Penyimpangan dari norma-norma perilaku yang telah disepakati sebelumnya.
- Kelas mereaksi secara negatif terhadap salah seorang anggotanya.
- “Membombong” anggota kelas yang melanggar norma kelompok.
- Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yang tengah digarap.
- Semangat kerja rendah atau semacam aksi protes kepada guru, karena menganggap tugas yang diberikan kurang fair. Kelas kurang mampu menyesuakan diri dengan keadaan baru.
Beberapa pendekatan yang dapat dilakukan
1.
Havior – Modification Approach
(Behaviorism Apparoach)
Asumsi yang mendasari penggunaan pendekatan ini adalah
bahwa perilaku “baik” dan “buruk” individu merupakan hasil belajar. Upaya
memodifikasiperilaku dalam mengelola kelas dilakukan melalui pemberian positive
reinforcement (untuk membina perilaku positif) dan negative reinforcement
(untuk mengurangi perilaku negatif). Kendati demikian, dalam penggunaan
reinforcement negatif seyogyanya dilakukan secara hati-hati, karena jika tidak
tepat malah hanya akan menimbulkan masalah baru.
2.
Socio-Emotional Climate Approach
(Humanistic Approach)
Asumsi yang mendasari penggunaan pendekatan ini adalah
bahwa proses belajar mengajar yang baik didasari oleh adanya hubungan
interpersonal yang baik antara peserta didik – guru dan atau peserta didik –
peserta didik dan guru menduduki posisi penting bagi terbentuknya iklim
sosio-emosional yang baik.
Beberapa contoh
masalah dalam manajemen kelas
1.
Bagaimana strategi guru dalam menyusun rencana
pembelajaran?
Strategi
menyusun rencana pembelajaran adalah sebagai berikut Kepala sekolah melalui kebijakan
yang dituangkan dalam tugas guru, mewajibkan para guru untuk membuat program
mengajar yang berupa: silabus, Analisa Materi Pelajaran, Program tahunan,
Program Semester, dan Rencana Program Pembelajaran. Pembuatan program
pembelajaran disusun secara bersama-sama melalui pertemuan Musyawarah Guru Mata
Pelajaran yang ada di lingkungan sekolah yang selanjutnya dimantabkan melalui
pertemuan Musyawarah Guru Mata Pelajaran tingkat Kabupaten.
Selanjutnya perangkat mengajar diserahkan kepada wakil kepala sekolah
bidang kurikulum untuk dikoreksi dan ditanda tangani oleh kepala sekolah. Pada saat mengajar, para guru selalu membawa
perangkat pembelajaran dengan maksud agar proses belajar mengajar berjalan
dengan terarah, dan tujuan yang dirumuskan dalam program bisa tercapai. Dan
bila selesai mengajar perangkat mengajar disimpan di almari guru masing-masing
yang telah disediakan oleh sekolah, dengan demikian bila diperlukan perangkat
mengajar sudah ada di sekolah dan terjaga keamanannya.
2.
Bagaimana strategi guru dalam membangun kerjasama
dengan siswa dalam proses belajar mengajar?
Kegiatan
guru yang profesional merupakan kegiatan atau tugas guru yang rutin yang
dianggap sebagai salah satu cara untuk meningkatkan profesionalismenya.
Mengingat input yang , tiap tahunnya rata-ratanya tinggi, maka untuk
mempertahankan dan meningkatkan prestasi akademis siswa, guru berupaya untuk
melibatkan siswa secara optimal dalam pembelajaran yang dikelolanya.
Dalam menjalin kerjasama dengan siswa, beberapa
strategi yang diterapkan
oleh guru adalah sebagai berikut: (a) menjalin hubungan baik dengan siswa, (b)
berusaha memahami latar belakang siswa, (c) penguasaan materi dan cara
penyajiannya menarik, (d) penggunaan model mengajar yang bervariasi dan (e)
memberi pembinaan khusus bagi siswa bermasalah
3.
Bagaimana Pemberian Motivasi belajar terhadap siswa
Mengingat input siswa baru yang masuk setiap tahunnya bervariasi, demikian pula motivasi belajar siswa yang berbeda-beda, sehingga pemberian motivasi terhadap siswa
adalah sebagai berikut: (a) khususnya siswa kelas tiga selalu diberi
latihan-latihan soal, (b) pemberian tugas untuk praktek lapangan, (c) mengikut
sertakan siswa dalam kegiatan ilmiah, (d) mengkomunikasikan hasil belajar siswa
melalui papan pengumuman maupun melalui pertemuan dengan orang tua, (e)
pemberian reinforcement, (f) penggunaan media dalam pembelajaran dan (g)
pemberian layanan bimbingan. Dengan pemberian motivasi dalam bentuk pemberian tugas pada siswa, diharapkan
hasilnya
dapat maksimal karena
dengan strategi tersebut mampu mempertahankan dan meningkatkan prestasi belajar
siswa.
4.
Bagaimana strategi dalam menciptaan Iklim
Pembelajaran
Agar pelaksanaan pembelajaran di kelas berlangsung dengan lancar dan
efektif, maka pihak sekolah dalam hal ini kepala sekolah, staf dan guru
melakukan upaya berupa: (a) petugas tatib selalu mengantisipasi berkeliling di
lingkungan sekolah untuk mengontrol tempat-tempat yang rawan, (b) waka
kesiswaan mengadakan razia di dalam kelas dengan dibantu petugas tatib dan guru
pembimbing, (c) dalam mengajar guru berusaha memahami karakter siswa, (d) guru
berusaha menciptakan suasana pembelajaran yang demokratis, (e) guru memberi
kesempatan siswa untuk bertanya tentang kesulitan pelajaran atau masalah
lainnya, dan (f) guru berusaha menciptakan kemudahan siswa dalam mempelajari
pelajaran eksak.
Dengan strategi seperti diatas, maka iklim di lingkungan sekolah, memungkinkan terciptanya lingkungan belajar yang
kondusif sehingga siswa merasa senang dan betah berada di sekolah selama jam efektif
kegiatan belajar mengajar, bahkan hingga sore hari untuk mengikuti kegiatan
tambahan.
5.
Bagaimana Upaya dalam Meningkatkan Disiplin Belajar
Siswa
Pihak sekolah harus
dapat
mempertahankan serta melestarikan budaya
disiplin yang sudah ada untuk ditingkatkan menjadi menjadi kultur disiplin yang mandiri.
Adapun strategi untuk meningkatkan disiplin
siswa adalah sebagai
berikut: (a) sekolah memiliki sistem pengendalian ketertiban yang dikelola
dengan baik, (b) adanya keteladanan disiplin dalam sikap dan prilaku mulai dari
pimpinan sekolah, guru dan karyawan, (c) mewajibkan siswa baru untuk mengikuti
ekstrakurikuler Pramuka, (d) pada awal masuk sekolah guru bersama siswa membuat
kesepakatan tentang aturan kelas, (e) memperkecil kesempatan siswa untuk ijin meninggalkan
kelas, (f) setiap upacara hari senin diumumkan frekuensi pelanggaran terendah.
Dengan strategi tersebut diatas kultur disiplin siswa bisa terpelihara dengan
baik, suasana lingkungan belajar aman dan terkendali sehingga siswa bisa
mencapai prestasi belajar yang optimal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar