I.
Alat Memasak Tradisional
1.
Gantang
Gantang adalah wadah atau tempat untuk menakar beras. Gantang
berbentuk oval dengan panjang 19 cm dan lebar 24 cm serta cekungan bagian dalam
17 cm. Gantang terbuat dari kayu belian dan kuningan. Gantang sudah dikenal
oleh suku melayu Ketapang sejak zaman kerajaan Tanjungpura sekitar abad 18.
Adapun cara untuk membuat gantang ini adalah sebagai berikut:
a.
Cari
bahan yaitu berupa kayu belian, lalu potong dengan ukuran yang diinginkan.
b.
Setelah
itu lubangi bagian dalam dengan menggunakan pahat (penggunaan pahat dikarenakan
bentuk gantang yang oval )
c.
Setelah
itu gantang siap digunakan untuk menakar beras.
Cara penggunaan gantang yaitu dengan memegang bibir atau badan gantang. Lalu gantang tersebut diisi beras hingga penuh baru kemudian permukaan beras diratakan sama dengan permukaan bibir gantang. Setelah selesai digunakan, gantang harus dibersihkan dengan menggunakan lap agar gantang tetap kering. Hal ini bertujuan agar beras yang akan selanjutnya tidak basah atau lembab, karena beras yang ditakar tidak selalu langsung dimasak.
Pembersihan gantang
dilakukan tiga minggu sekali atau
satu bulan sekali. Gantang dibersihkan dengan air, lalu dijemur dibawab sinar
matahari. Setelah dibersihkan biasanya disimpan didalam lemari yang ada di
dapur tapi bisa juga disimpan ditempat penyimpanan beras.
Sekarang ini gantang sudah jarang digunakan. Karena masyarakat sekarang
banyak menggunakan timbangan ataupun menggunakan pengukur beras yang
menggunakan bahan plastik. Tapi masyarakat pada umumnya lebih banyak
menggunakan timbangan karena pengukuran beras dengan timbangan lebih pas atau
tepat.
Seperti kepercayaan suku Melayu, ada pantangan atau larangan
mengenai gantang ini. Yaitu gantang tidak boleh dilangkahi, jika dilanggar maka
orang tersebut akan terkena penyakit Burut
atau biasa kita menyebutnya Hernia. Dan pantangan yang lainya adalah jika
seseorang akan memberikan gantang kepada orang lain untuk mengambil beras di tempat
penyimpanan beras, maka gantang tersebut tidak boleh langsung diberikan dari
tangan ke tangan. Gantang tersebut harus diletakkan ke lantai kemudian diambil
oleh orang yang akan menggunakannya.
2.
Sedou
Sedou digunakan untuk mengaduk nasi yang dimasak mengunakan kuali
besar yang biasanya digunakan untuk acara selamatan, pernikahan, sunatan dan
lain-lain.
Bentuk sadou mirip dengan dayung perahu, hanya saja lebar bagian
badannya lebih kecil dari dayung. Sedou mempunyai panjang 127 cm, yang terdiri
70 cm panjang tangkai sadou dan 57 cm panjang badan sadou dan lebar badan sadou
8 cm yang berfungsi sebagai pengaduk. Sedangkan diameter batang sadou adalah
2,5 cm. Bahan yang digunakan untuk membuat sadou adalah kayu belian. Sadou
dapat dibuat dengan cara memahat dengan alat pahatan.
Cara menggunakan sadou yaitu dengan memegang tangkai sadou dengan
kedua tangan, lalu gunakan untuk mengaduk nasi yang dimasak. Setelah sadou
selesai digunakan, sadou dicuci dengan sabun kemudian dibilas dengan air. Setelah
itu sadou dijemur di bawah sinar matahari agar benar-benar kering. Baru
kemudian sadou disimpan di dinding rumah dekat rak piring dengan cara
disandarkan, hal ini disebabkan karena ukuran sadou yang besar.
Bagi sebagian masyarakat desa, sadou ini masih digunakan, karena
memang diperlukan alat yang cukup kuat untuk mengaduk masakan untuk acara-acara
khusus yang tentunya dalam jumlah banyak. Tapi ada juga masyarakat yang
menggunakan spatula yang berukuran cukup besar tapi tidak seberat sadou
sehingga penggunaannya lebih mudah tanpa perlu menggunakan terlalu banyak
tenaga.
Perlu kita ketahui bahwa sadou memiliki pantangan dan panangkal,
yang diyakini oleh masyarakat suku Melayu. Pantangannya yaitu bila sedang
mengaduk nasi dengan kuali, maka sadou yang digunakan tidak boleh patah. Karena
jika sadou patah saat digunakan maka orang yang mematahkannya akan mendapatkan bala atau kesialan. Untuk
menghilangkan bala tersebut orang yang bersangkutan harus berlari mengelilingi
rumah sebanyak tujuh kali, tanpa menggunakan sehelai pakaian pun. Sehingga
kegiatan tersebut hanya dapat dilakukan saat tengah malam saja. Setelah itu
orang tersebut harus masuk kedalam sumur, kolam atau pun parit yang ada dibelakang
rumah. Barulah orang tersebut mandi air bersih, lalu mengambil sadou yang telah
patah tersebut kemudian dibakar. Tempat pembakaran sadou harus jauh dari rumah,
bahkan asapnya pun tidak boleh sampai ke rumah karena akan mendapatkan bala.
Selesai membakan sadou, orang tersebut harus mencorengkan arang dari sadou tadi
ke keningnya barulah pulang kerumah kemudian membaca selawat.
3. Kelaci
Kalaci adalah nama untuk sadou yang berukuran lebih kecil. Yang
membedakan keduanya adalah tangkai bagian atasnya. Pada kelaci biasanya ada
potongan kayu bulat melintang pada bagian ujung tangkai.
Panjang kelaci 58 cm, yang terdiri dari 42 cm untuk panjang tangkai
dan 16 cm pada bagian badan. Ada pun kelaci memiliki lebar badan 6 cm, diameter
tangkai 2 cm, dan panjang potongan kayu melintang pada bagian ujung tangkai
kurang lebih 5 cm. bahan baku pembuatan kelaci adalah kayu belian. Cara
pembuatan kelaci sama dengan cara pembuatan sadou. Kelaci biasanya digunakan
untuk kegiatan memasak nasi sehari-hari.
Cara menggunakan kelaci pada dasarnya sama, hanya karena ukuran
sadou yang lebih besar sehingga membutuhkan tenaga yang lebih besar pula.
Proses pembersihan kelaci juga sama dengan sadou. Hanya cara penyimpanannya aja
yang beda, karena kelaci ukurannya lebih kecil sehingga bias disimpan didalam lemari atau di
rak piring. Sedangkan untuk pantangan dan penangkal atau penolakan bala juga sama seperti sadou.
Masyarakat sekarang sudah jarang yang menggunakan kelaci. Mereka
lebih senang menggunakan spatula yang ukurannya sedang, ringan dan tidak mudah
patah. Spatula ini berbahan baku aluminium, sehingga lebih mudah dibersihkan.
Spatula juga lebih mudah penyimpanannya, karena spatula bisa digantung didekat
kompor sehingga mempermudah penggunaannya.
4.
Sendok Tempurung Penyaring Buah
Sendok tempurung adalah sebutan alat memasak yang digunakan untuk
menyendok atau menyaring manisan buah. Sendok tempurung ini menyerupai bentuk
gayung mandi yang bertangkai, yanag bagian tempat untuk menampung manisan
berbentuk setengah bulat telur.
Panjang tangkainya 37 cm, diameter tempat penampungan manisan
adalah 12,5 cm dan kedalaman tempat penampungan manisan tersebut 5,5 cm. Dibagian
tempat penampungan manisan terdapat lubang-lubang yang berukuran kurang lebih 1
cm dan jarak antar lobang 2 cm, yang berfungsi untuk tempat keluarnya air gula
yang berasal dari manisan tersebut. Ada 2 bentuk tangkai sendok tempurung ini
yaitu tangkainya yang berbentuk bulat saja dan tangkai yang pipih diujungnya
dan mengecil sampai di bagian perbatasan antara tangkai dan tempat menampung
manisan. Alat ini terbuat dari kayu lempung untuk batang dan tempurung kelapa
untuk tempat menampung manisan.
Cara pembuatan tempurung kelapa adalah sebagai berikut :
a.
Carilah
kayu lempung dan tempurung kelapa sesuai ukuran yang diinginkan.
b.
Kayu
lempung dibuat sebagai batang. Diujung batang tersebut dibuat belahan pada
bagian tengahnya, yang mana pada bagian itu bentuknya sedikit melengkung.
c.
Bersihkan
tempurung dari serabut-serabutnya, kemudian tempurung tersebut dibagi dua. Lalu
buatlah lubang-lubang pada tempurung dengan menggunakan bor.
d.
Tempurung
lalu diikatkan pada ujung batang dengan rotan atau pasak kayu.
Cara
menggunakan sendok tempurung sama dengan cara menggunakan sendok buah biasa.
Dengan memasukan sendok tempurung ke dalam tempat penampungan buah, lalu
diangkat sehinga air gula akan berpisah dengan manisan buah. Setelah digunakan sendok tempurung dicuci
dengan sabun lalu dibilas dengan air kemudian dijemur. Setelah kering sendok
tempurung bias disimpan di rak piring atau gantungan di dapur.
Masyarakat
sekarang sudah jarang yang menggunakan sendok tempurung penyaring buah ini.
Masyarakat sekarang lebih banyak menggunakan sendok sayur tapi yang berlubang.
Yang terbuat dari aluminium, sehingga mudah dibersihkan. Dan yang pastinya
lebih mudah di dapatkan karena dijual dipasaran. Atau yang terbuat dari plastik
dengan berbagai macam bentuk dan ukuran.
Sendok
tempurung ini juga memiliki pantangan dan penangkal bala yang dikarenakan
sendok tempurung tersebut patah. Bila sendok tempurung patah orang yang
mematahkan akan mendapatkan kesulitan atau dapat menyebabkan sakit. Untuk cara
penangkalan bala sama seperti cara penangkalan bala pada Sadou dan Kelaci.
5.
Sendok
Sendok adalah
alat yang digunakan untuk mengaduk adonan kue. Bentuk “sendok” hampir sama
dengan bentuk sendok tempurung, perbedaannya hanya pada tangkainya yang pipih dan
sedikit melengkung.
Panjang
keseluruhan “sendok” ini adalah 26,5 cm, terdiri dari panjang tangkai 20,5 cm.
Lebar ujung tangkai yang pipih 4 cm, diameternya 6,5 cm dan tinggi lubang
adalah 4,5 cm. Bahan untuk membuat “sendok” ini adalah kayu lempung dan
tumpurung kelapa yang kecil. “Sendok” ini biasanya digunakan untuk mengaduk
adonan kue cucur, apam dan lain-lain. “Sendok” ini juga biasa digunakan sebagai
takaran kue.
Cara membuat “sendok”
adalah :
a.
Carilah
kayu lempung dan tempurung kelapa yang kecil.
b.
Lalu
kayu lempung dibuat menjadi batang dengan menggunakan gergaji, parang atau
pisau tajam.
c.
Kemudian
belah tempurung menjadi dua bagian dan bersihkan.
d.
Dan
terakhir gabungkan batang dan tempurung kelapa tadi dengan menggunakan pasak
dari kayu.
Cara
menggunakan alat ini adalah dengan memegang “sendok” pada bagian ujung dan aduk
adonan kue tersebut. Setelah selesai digunakan “sendok” dicuci hingga bersih
kemudian di jemur. Setelah kering “sendok” disimpan didalam lemari atau di rak
piring. Jika “sendok” ini rusak atau patah, maka “sendok” tersebut tidak dapat
digunakan lagi, ini berhubungan dengan kepercayaan, pantangan dan penangkalan.
Seperti sebelumnya jika seseorang mematahkan “sendok” maka orang akan mendapat bala. Demikian juga cara penangkal
bala sama seperti penangkalan bala pada sadou, kelaci dan sendok tempurung.
6.
Sendok Tempurung sayur
Sendok
tempurung ini digunakan untuk mengambil sayur dari kuali ukuran besar. Bentuk
sendok tempurung sama dengan “sendok”, hanya saja tangkai sendok tempurung
sayur ini tidak terlalu melengkung. Pada ujung tangkainya melebar dan pipih,
ada juga yang sedikit melengkung,
Panjang
seluruhnya adalah 95 cm, lebar ujung batang 8 cm lalu mengecil hingga batas
lengkungan batang. Diameter tempurung 15 cm dengan kedalaman 7 cm. Cara membuat
sendok tempurung sayur sama dengan cara membuat sendok tempurung buah hanya
saja pada sendok tempurung sayur tempurungnya tidak dilubangi.
Gambar : sendok
tempurung sayur
Zaman sekarang
sendok tempurung sayur sudah tergantikan oleh sendok sayur yang terbuat dari
aluminium. Sendok sayur ini tentulah lebih bersih dari sendok tempurung yang
terbuat dari tempurung kelapa, sehingga lebih dihigenis. Sendok sayur modern
juga lebih ringan sehingga lebih mudah digunakan dan juga lebih awet atau lebih
lama penggunaannya.
gambar : sendok sayur modern
Cara
menggunakan sendok tempurung ini sama dengan cara menggunakan sadou, hanya saja
sadau hanya digunakan untuk mengaduk sedangkan sendok tempurung digunakan untuk
mengambil sayur dari kuali besar. Sendok tempurung digunakan pada acara-acara
besar, seperti pesta perkawinan, sunatan, dan lain-lain. Setelah digunakan alat
ini dibersihkan kemudian di jemur disinar matahari, kemudian simpan sendok
tempurung sayur disandarkan kedinding dekat rak piring.
Sendok
tempurung sayur ini juga mempunyai pantangan dan penangkal yang dipercaya
masyarakat Melayu. Bila alat ini patah maka orang yang mematahkannya akan
mendapatkan bala berupa penyakit atau kesulitan. Cara menangkal bala ini juga
sama dengan cara menangkal bala pada sadou, kelaci, sendok tempurung, dan
“sendok.
7.
Lesung batu
Lesung batu
berbentuk segi empat pada bagian atasnya, kemudian mengecil pada bagian kakinya
dan tetap berbentuk segi empat serta cekung dibagian tengahnya yang berfungsi
sebagai tempat menampung rempah-rempah yang akan ditumbuk. Pasangan alat ini
adalah penumbuk yang biasa disebul “alu”
yang berbentuk lonjung yang mengecil pada bagian ujungnya..
Panjang lesung
batu bagian atas adalah 28 cm, tinggi 20 cm, panjang lesung batu bagian bawah 9
cm, diameter cekungan lesung 19,5 cm, dan kedalaman lesung 12 cm. Sedangkan
panjang alat penumbuk adalah 27 cm, diameter bawah penumbuk 8 cm yang digunakan
untuk menumbuk, dan diameter atas penumbuk 4,5 cm yang digunakan untuk memegang
alat penumbuk.
Gambar : lesung batu tradisional
Lesung ini
terbuat dari batu gunung. Alat ini berfungsi untuk menumbuk rempah-rempah yang
digunakan untuk bumbu masak. Cara membuat lesung batu adalah dengan dibentuk menggunakan
palu dan alat pahat.
Cara
menggunakan alat ini yaitu dengan menumbukan alu pada dasar lubang lesung yang
telah berisi rempah-rempah. Untuk menumbuk alu cukup menggunakan satu tangan. Setelah digunakan lesung batu ini dicuci lalu dibilas kemudian dijemur hingga
benar-benar kering. Lalu simpan alat ini di lantai dekat rak piring.
Sekarang orang
lebih banyak menggunakan lesung batu tapi yang ukurannya lebih kecil sehingga
mudah digunakan, tapi bahan bakunya tetap saja dari batu gunung. Tapi ada juga
orang yang menggunakan blender untuk membuat rempah-rempah. Karena penggunaan
blender yamg lebih mudah bahkan dibandingkan dengan lesung batu yang lebih
kecil. Blender ini umumnya digunakan oleh masyarakat kota, sedangkan lesung
batu kecil lebih banyak digunakan oleh masyarakat di pedesaaan atau
perkampungan.
Gambar : lesung batu berukuran lebih kecil
Seperti halnya
alat-alat memasak tradisional yang lain, alat ini juga memiliki pantangan dan
penangkal yang diyakini masyarakat. Yaitu bila saat menumbuk alunya patah, maka
akan mendapatkan bala yang bias mengakibatkan gila. Cara menangkalnya adalah
dengan membungkus alu yang patah tersebut dengan kain putih, di”tepung-tawari” dan
dibacakan selawat.
Setelah itu orang tersebut mengambil arang bekas bakaran
kayu didapur lalu di corengkan ke wajahnya. Kemudian patahan tersebut di kubur
di Pohon Asam, tidak boleh yang lain. Tetapi sebelum itu Pohon Asam tersebut
harus dipotong dulu sehingga mengeluarkan getah, dan dioleskan ke alu yang
patah tadi dengan mengucapan “ini sebagai pengganti saya”. Barulah alu tersebut
boleh dikubur. Selesai mengubur orang tersebut mandi di kolam atau sumur, lalu
masuk kerumah dan membaca selawat. Dan semua kegiatan tersebut harus dilakukan
sendiri tanpa bantuan orang lain.
8.
Batu Pipis
Batu pipis
adalalah alat yang digunakan untuk
menggiling cabai. Batu pipis berbentuk seperti lesung batu hanya saja
lebih pendek. Dan alat penggilingnya berbentuk bulat panjang.
Panjang dasar
atasnya adalah 33,5 cm, lebarnya 22 cm yang digunakan sebagai tempat meletakan
cabai yang akan digiling dan panjang dasar bawahnya 16 cm. sedangkan alat penggilingnya memiliki panjang
23 cm dengan diameter 17,5 cm. bahan baku untuk membuat alat ini adalah batu.
Batu pipis dapat dibuat dengan menggunakan palu dan alat pahat besi.
Gambar : batu pipis dan alat penggilingnya
Cara
menggunakan alat ini adalah dengan memegang dua ujung alat penggiling lalu ditekan
sekaligus didorong maju mundur. Setelah digunakan alat ini dicuci, kemudian disimpan
di lantai dekat rak piring.
Batu pipis
memiliki pantangan dan penangkal tersendiri yang diyakini masyarakat Melayu.
Pantangannya yaitu bila alat penggiling ini patah maka orang yang mematahkannya
akan gila. Untuk menangkal bala tersebut caranya sama dengan cara menangkal
bala pada lesung batu.
Seperti halnya
lesung batu, sebagian besar orang juga telah beralih dari batu pipis kepada
lesung batu yang lebih kecil. Karena pengunaannya yang hampir sama, sehingga
sebagian masyarakat mengunakan lesung batu dan juga blender sebagai ganti dari
batu pipis tersebut.
9.
Dulang kayu
Dulang kayu
adalah sebutan untuk tempat menyimpan makanan. Dulang ini berbentuk setengah
lingkaran yang rata dibagian atasnya. Dulang kayu ini terdiri dari dua bagian
yang pertama adalah penutup yang digunakan untuk menutup dulang kayu ini dan
yang kedua adalah tempat untuk menyimpan makanan yang berbentuk segi empat.
Tinggi dari
keseluruhan dulang kayu adalah 20 cm, dan panjangnya 47 cm. Bahan pembuatan
alat ini adalah kayu jati. Cara memakai alat ini adalah dengan meletakan
piring-piring yang telah berisi makanan ke dalam dulang kayu kemudian ditutup
dan siap disajikan.
Cara
membersihkan alat ini cukup dengan dilap karena kalau pun kotor itu karena
tumpahan kuah sayur atau makanan lain ataupun boleh juga dicuci. Setelah
dibersihkan dulang kayu dapat disimpan di atas meja makan atau disandarkan ke dinding.
Kepercayaan pantangan dan penangkal bala sehubungana dengan dulang kayu ini
tidak ada didalam masyarakat.
Gambar : Dulang Perak
Dulang kayu
sekarang, yang banyak digunakan masyarakat adalah dulang kayu yang berbahan
baku perak dan plastik. Dulang kayu dari bahan perak ini lebih banyak digunakan
oleh anggota-anggota keluarga kerajaan, walaupun bukan dari keturunan raja
langsung. Tapi dulang kayu ini juga digunakan oleh orang-orang tua dari
bangsawan kerajaan terdahulu.
10. Perundak
Perundak adalah
alat untuk membuat kerupuk ikan atau amplang. Dengan alat ini daging dan tulang
ikan dipisahkan. Perundak memiliki tiga macam bentuk yaitu pertama berbentuk
setengah tempurung dan berlubang, kedua berbentuk segi empat berlubang, dan
yang ketiga alasnya berbetuk segi empat yang pada bagian atasnya terdapat
cekungan yang berfungsi menampung daging ikan.
Diameter
tempurung adalah 14,5 cm, tingginya 5 cm, dan besar lubang pada tempurung 0,6
cm. Panjang bagian atas tempat ikan diletakan 37 cm, tinginya 11,5 lubang pada
bagian atas tempat meletakan ikan 0,7 cm. Alas tempat menampung ikan berbentuk
bujur sangkar adalah 50 cm. Bahan baku untuk membuat perundak adalah tempurung
kelapa dan kayu belian.
Alat ini dapat
dibuat sendiri, yaitu dengan cara :
a.
Carilah
tempurung sesuai ukuran yang diinginkan.
b.
Lalu
cari kayu belian untuk membuat tempat meletakkan ikan.
c.
Bersihkan
tempurung dari serabut dan lubangi seluruh badan tempurung dengan menggunakan
bor.
d.
Buat
tempat untuk meletakan ikan yaitu berupa meja tetapi bentuknya lebih kecil.
e.
Setelah
selesai buatlah lubang pada bagian yang akan diletakan ikan.
f.
Dan
terakhir buatlah tempat untuk menampung daging ikan dan tempat untuk meletakan
tempat penampung ikan.
Cara
menggunakan alat ini adalah menekan sambil mendorong dan menarik, sehingga dapat
memisahkan antara daging dan ikan. Setelah selesai digunakan, alat ini kemudian
dicuci lalu dijemur hingga kering. Setelah kering perundak disimpan di samping
rak piring. Kepercayaan, pantangan dan penangkal untuk perundak ini tidak ada
didalam kehidupan masyarakat.
11. Gerengseng
Gerengseng
adalah nama untuk tempat memasak air berukuran besar. Gerengseng berbentuk
menyerupai bola.
Tinggi
gerengseng adalah 35 cm, lebar bagian atas atau bibirnya 40,5 cm tebal bibir
gerengseng 5 cm. Bahan bakunya adalah kuningan. Alat ini digunakan untuk
acara-acara tertentu seperti pesta perkawinan, sunatan dan lain-lainnya.
Gambar : Gerenggeng
Cara
menggunakan alat ini adalah dengan mengisi air sebanyak yang dibutuhkan
kemudian diletakan di atas tungku yang telah disiapkan. Setelah digunakan
gerengseng dicuci kemudian dijemur hingga kering kemudian disimpan diruangan
dapur.
Bila gerengseng
bocor bisa langsung dipatri sehingga dapat digunakan lagi. Bila tidak digunakan
lagi alat ini bisa dimanfaatkan sebagai tempat penyimpanan barang-barang yang
lebih kecil.
Sekarang orang
lebih banyak menggunakan panci yang berukuran besar untuk memasak air dari pada
manggunakan gerengseng. Karena panci terbuat dari aluminium yang lebih ringan,
sehingga lebih mudah menggunakannya. Panci juga lebih mudah ditemukan dari pada
gerengseng yang berbahan baku kuningan yang sudah jarang digunakan sekarang.
12. Lekar
(Paca’ Kawah)
Lekar adalah
alas pada saat pemakaian kuali, panci, dan lain-lain. Lekar ini memiliki
berbagai bentuk, ada yang berbentuk aluminium, dan ada juga yang berbentuk
lingkaran yang terdapat lubang pada bagian tengah.
Lekar ini
memiliki diameter 29 cm, panjang bagian dasar 25 cm, diameter bagian lobang 20
cm atau 10 cm. Besar kecilnya diameter lekar tergantung pada apa yang akan disimpan
di atas lekar. Bahan baku pembuatan alat ini adalah rotan. Lekar ini diletakkan
dahulu di atas meja atau lantai dapur, barulah letakkan panci, kuali, ceret
atau alat lain di atasnya. Sehingga arang yang terdapat di bawah kual, ataupun
pancii tidak langsung mengenai lantai ataupun meja.
Lekar ini dapat
kita buat sendiri. Pertama carilah rotan yang sudah tua, kemudian rotan
tersebut direndam dahulu ke dalam air sebentar saja. Kemudian rotan tersebut
dibelah. Rotan yang digunakan adalah bagian kulit rotan. Barulah kemudian rotan
dianyam menjadi bentuk lekar.
Setelah
menggunakannya, lekar tidak perlu langsung dicuci, cukup dibersihkan dengan lap
kain dan disimpan. Lekar umumnya disimpan dengan cara digantung di dinding ruang
dapur. Apabila rusak lekar ini masih bisa diperbaiki, tapi jika tidak alat ini
bisa langsung dibuang.
Lekar masih
banyak digunakan oleh masyarakat, hanya saja kebanyakan orang tidak mengetahui
nama alat tersebut. Dan sekarang lekar sudah banyak dimodifikasi, mulai dari
bentuknya, warnanya, bahkan bahan bakunya tidak lagi menggunakan rotan.
13. Morong
Morong adalah
alat untuk memasak air dari tanah liat. Alat ini bisa juga digunakan untuk
membuat kopi ataupun teh. Morong berbentuk seperti kendi, mempunyai mulut untuk
menuangkan air. Zaman dulu alat ini merupakan alat utama untuk memasak air
minum ataupun untuk wadah tempat membuat minuman. Bahan baku untuk membuat alat
ini adalah tanah liat.
Gambar : morong
Tapi dengan perkembangan
zaman morong telah tergantikan oleh ceret dari bahan aluminium atau porselin.
Karena penggunaan ceret ini dianggap lebih mudah untuk memasak air dan tentu
saja lebih tahan lama. Bahkan sekarang sudah ada ceret yang menggunakan listrik
sehingga lebih mudah untuk dibawa kemana-mana. Sekarang alat ini hanya khusus
digunakan untuk membuat minuman rempah atau air putih biasa, karena bila
disimpan didalam marong air akan terasa lebih dingin dari ceret biasa.
14. Parutan
Kelapa
Parutan kelapa
digunakan untuk memarut kelapa. Bentuk parutan kelapa ini bermacam-macam. Tapi
pada umumnya parutan yang digunakan adalah parutan biasa yang dipakai ibu-ibu
rumah tangga.
Parutan ini
terbuat dari sekeping papan yang panjangnya 0,5 m, diatasnya ditanam kawat baja
yang tingginya 0,25 cm dan jarak antar satu paku adalah
0,5 cm. umumnya tidak semua permukaan balok ditanami kawat tapi disisakan masing-masing
25 cm.
Gambar
: Parutan Kelapa tradisional
Tapi zaman sekarang
parutan kelapa sudah berkembang, karena sekarang parutan kelapa sudah
menggunakan mesin. Baja tidak lagi dipasang di atas papan tapi d iatas balok
kayu bulat. Kayu bulat dipotong sehingga seperti roda, lalu dipasang as di tengah-tengah roda tadi kemudian
dipasang rantai sepeda sehingga dapat berputar. Sekarang parutan kelapa tidak
hanya untuk memarut kelapa tapi juga untuk membuat minyak kelapa.
II.
KEGIATAN DALAM DAPUR
Dalam setiap
masa, manusia memerlukan dapur untuk mengelola bahan makanan mentah, sehingga
menjadi makanan yang siap dimakan. Sehingga dapat dikatakan bahwa dapur adalah
pusat memproduksi makanan bagi keluarga. Untuk memproduksi makanan diperlukan
bermacam-macam kegiatan. Seperti memasak nasi, menggoreng, merebus, mengukus,
menumis, memanggang, membakar, merendang berbagai jenis makanan atau bahan
makanan dan masih banyak yang lainnya. Kegiatan dalam dapur tradisional dan
kegiatan dalam dapur modern memiliki beberapa perbedaan. Berikut adalah
penjelasan tentang perbedaan-perbedaaan tersebut.
A. Kegiatan dalam Dapur Tradisional
Dalam melakukan
kegiatan masak-memasak, dalam dapur tradisional semua itu dikerjakan oleh istri
dan juga anak-anak perempuan dalam keluarga tersebut. Karena dalam rumah tangga
tradisional belum mengenal pembantu, sehingga peran istri dan anak perempuan
sangat penting dalam menjalankan kegiatan didapur keluarga agar makanan untuk
keluarga dapat terpenuhi. Oleh karena itu di masyarakat tradisional terdapat
pandangan : ’’sepandai-pandainya wanita akhirnya kedapur jua’’ atau ’’wanita
tidak perlu pintar, yang penting pandai memasak’’. Pandangan ini dikarenakan
dalam kehidupan sehari-hari seperti menjaga anak. membersihkan rumah terutama memasak
semua itu dikerjakan wanita.
Memasak
merupakan tugas utama para wanita atau ibu rumah tangga. Dalam memasak, makanan
yang dimasak harus lengkap yang terdiri dari makanan utama, makanan tambahan,
dan makanan cadangan.
Makanan
utama yaitu makanan yang harus ada dan diperlukan oleh anggota keluarga
setiap harinya. Makanan utama yang dihasilkan dalam dapur tradisional adalah
nasi dan lauk pauk. Nasi umumnya barasal dari padi, nasi ini disebut nasi tulen.
Tapi ada juga nasi yang dicampur dengan jagung, ubi atau talas, nasi ini
disebut nasi randau. Dan seperti yang kita au lauk pauk yang lengkap
adalah empat sehat lima sempurna.
Makanan
tambahan yaiu
makanan ringan atau makanan selingan. Makanan ini biasanya berupa kue-kue atau
juadah. Makanan tambahan biasanya dimakan pada waktu bersantai, setelah pulang
dari bekerja atau melakukan aktivias lain sepanjang hari.
Makanan
cadangan yaitu
makanan yang diawetkan untuk dijadikan persedian saat kekurangan makanan.
Seperti dimusim penghujan dimana masyarakat tidak bisa bekerja ataupun saat
musim panen kurang berhasil sehingga hasil panen tidak bisa mencukupi
kebutuhan. Yang biasa digunakan untuk membuat makanan cadangan adalah daging
hewan buruan.
B. Kegiatan dalam Dapur
Modern
Fungsi dapur modern
tidak jauh berbeda dengan fungsi dari dapur tradisional. Hanya ada beberapa
fungsi tambahan dalam dapur modern, yaitu sebagai ruang keluarga, sekaligus
ruang tamu. Tamu yang sudah akrab biasanya lebih nyaman jika mengobrol di dapur
dari pada di ruang tamu yang formal. Karena itu peralatannya haruslah praktis,
nyaman, dan aman, sehingga kegiatan memasak menjadi menenangkan. Dapur juga bisa
didesain seperti bentuk bar mini, sehingga bisa dijadikan tempat berkumpul.
Dapur juga bisa menggantikan fungsi ruang keluarga, karena keluarga bisa
berkumpul dengan lebih santai sambil memakan cemilan sehingga suasana lebih
menyenangkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar