Rabu, 18 Juni 2014

Alat-Alat Memasak Tradisional

             Seperti yang kita tahu, bahwa masing-masing daerah, ras, bahkan agama memiliki beragam kebudayaan. Begitu juga dengan berbagai macam suku. Pada bab ini akan di bahas apa saja alat-alat memasak tradisional yang digunakan oleh masyarakat suku Melayu di daerah Kalimantan Barat. Yang memang sebagian besar masyarakat di Kalimantan Barat ini merupakan masyarakat suku Melayu. Berikut adalah beberapa dari alat-alat memasak tradisional suku Melayu tersebut.
 
I.         Alat  Memasak  Tradisional
           1.    Gantang 
Gantang adalah wadah atau tempat untuk menakar beras. Gantang berbentuk oval dengan panjang 19 cm dan lebar 24 cm serta cekungan bagian dalam 17 cm. Gantang terbuat dari kayu belian dan kuningan. Gantang sudah dikenal oleh suku melayu Ketapang sejak zaman kerajaan Tanjungpura sekitar abad 18.
Adapun cara untuk membuat gantang ini adalah sebagai berikut:
a.       Cari bahan yaitu berupa kayu belian, lalu potong dengan ukuran yang diinginkan.
b.      Setelah itu lubangi bagian dalam dengan menggunakan pahat (penggunaan pahat dikarenakan bentuk gantang yang oval )
c.       Setelah itu gantang siap digunakan untuk menakar beras.


        
   Cara penggunaan gantang yaitu dengan memegang bibir atau badan gantang. Lalu gantang tersebut diisi beras hingga penuh baru kemudian permukaan beras diratakan sama dengan permukaan bibir gantang. Setelah selesai digunakan, gantang harus dibersihkan dengan menggunakan lap agar gantang tetap kering. Hal ini bertujuan agar beras yang akan selanjutnya tidak basah atau lembab, karena beras yang ditakar tidak selalu langsung dimasak.
Pembersihan gantang  dilakukan tiga minggu sekali  atau satu bulan sekali. Gantang dibersihkan dengan air, lalu dijemur dibawab sinar matahari. Setelah dibersihkan biasanya disimpan didalam lemari yang ada di dapur tapi bisa juga disimpan ditempat penyimpanan beras.
Sekarang ini gantang sudah jarang digunakan. Karena masyarakat sekarang banyak menggunakan timbangan ataupun menggunakan pengukur beras yang menggunakan bahan plastik. Tapi masyarakat pada umumnya lebih banyak menggunakan timbangan karena pengukuran beras dengan timbangan lebih pas atau tepat.
Seperti kepercayaan suku Melayu, ada pantangan atau larangan mengenai gantang ini. Yaitu gantang tidak boleh dilangkahi, jika dilanggar maka orang tersebut akan terkena penyakit Burut atau biasa kita menyebutnya Hernia. Dan pantangan yang lainya adalah jika seseorang akan memberikan gantang kepada orang lain untuk mengambil beras di tempat penyimpanan beras, maka gantang tersebut tidak boleh langsung diberikan dari tangan ke tangan. Gantang tersebut harus diletakkan ke lantai kemudian diambil oleh orang yang akan menggunakannya.

           2.      Sedou
Sedou digunakan untuk mengaduk nasi yang dimasak mengunakan kuali besar yang biasanya digunakan untuk acara selamatan, pernikahan, sunatan dan lain-lain.
Bentuk sadou mirip dengan dayung perahu, hanya saja lebar bagian badannya lebih kecil dari dayung. Sedou mempunyai panjang 127 cm, yang terdiri 70 cm panjang tangkai sadou dan 57 cm panjang badan sadou dan lebar badan sadou 8 cm yang berfungsi sebagai pengaduk. Sedangkan diameter batang sadou adalah 2,5 cm. Bahan yang digunakan untuk membuat sadou adalah kayu belian. Sadou dapat dibuat dengan cara memahat dengan alat pahatan.
Cara menggunakan sadou yaitu dengan memegang tangkai sadou dengan kedua tangan, lalu gunakan untuk mengaduk nasi yang dimasak. Setelah sadou selesai digunakan, sadou dicuci dengan sabun kemudian dibilas dengan air. Setelah itu sadou dijemur di bawah sinar matahari agar benar-benar kering. Baru kemudian sadou disimpan di dinding rumah dekat rak piring dengan cara disandarkan, hal ini disebabkan karena ukuran sadou yang besar.
Bagi sebagian masyarakat desa, sadou ini masih digunakan, karena memang diperlukan alat yang cukup kuat untuk mengaduk masakan untuk acara-acara khusus yang tentunya dalam jumlah banyak. Tapi ada juga masyarakat yang menggunakan spatula yang berukuran cukup besar tapi tidak seberat sadou sehingga penggunaannya lebih mudah tanpa perlu menggunakan terlalu banyak tenaga.
Perlu kita ketahui bahwa sadou memiliki pantangan dan panangkal, yang diyakini oleh masyarakat suku Melayu. Pantangannya yaitu bila sedang mengaduk nasi dengan kuali, maka sadou yang digunakan tidak boleh patah. Karena jika sadou patah saat digunakan maka orang yang mematahkannya akan mendapatkan bala atau kesialan. Untuk menghilangkan bala tersebut orang yang bersangkutan harus berlari mengelilingi rumah sebanyak tujuh kali, tanpa menggunakan sehelai pakaian pun. Sehingga kegiatan tersebut hanya dapat dilakukan saat tengah malam saja. Setelah itu orang tersebut harus masuk kedalam sumur, kolam atau pun parit yang ada dibelakang rumah. Barulah orang tersebut mandi air bersih, lalu mengambil sadou yang telah patah tersebut kemudian dibakar. Tempat pembakaran sadou harus jauh dari rumah, bahkan asapnya pun tidak boleh sampai ke rumah karena akan mendapatkan bala. Selesai membakan sadou, orang tersebut harus mencorengkan arang dari sadou tadi ke keningnya barulah pulang kerumah kemudian membaca selawat.

             3. Kelaci
Kalaci adalah nama untuk sadou yang berukuran lebih kecil. Yang membedakan keduanya adalah tangkai bagian atasnya. Pada kelaci biasanya ada potongan kayu bulat melintang pada bagian ujung tangkai.  
Panjang kelaci 58 cm, yang terdiri dari 42 cm untuk panjang tangkai dan 16 cm pada bagian badan. Ada pun kelaci memiliki lebar badan 6 cm, diameter tangkai 2 cm, dan panjang potongan kayu melintang pada bagian ujung tangkai kurang lebih 5 cm. bahan baku pembuatan kelaci adalah kayu belian. Cara pembuatan kelaci sama dengan cara pembuatan sadou. Kelaci biasanya digunakan untuk kegiatan memasak nasi sehari-hari.
Cara menggunakan kelaci pada dasarnya sama, hanya karena ukuran sadou yang lebih besar sehingga membutuhkan tenaga yang lebih besar pula. Proses pembersihan kelaci juga sama dengan sadou. Hanya cara penyimpanannya aja yang beda, karena kelaci ukurannya lebih kecil  sehingga bias disimpan didalam lemari atau di rak piring. Sedangkan untuk pantangan dan penangkal atau penolakan  bala juga sama seperti sadou.
Masyarakat sekarang sudah jarang yang menggunakan kelaci. Mereka lebih senang menggunakan spatula yang ukurannya sedang, ringan dan tidak mudah patah. Spatula ini berbahan baku aluminium, sehingga lebih mudah dibersihkan. Spatula juga lebih mudah penyimpanannya, karena spatula bisa digantung didekat kompor sehingga mempermudah penggunaannya.

           4.      Sendok Tempurung Penyaring Buah
Sendok tempurung adalah sebutan alat memasak yang digunakan untuk menyendok atau menyaring manisan buah. Sendok tempurung ini menyerupai bentuk gayung mandi yang bertangkai, yanag bagian tempat untuk menampung manisan berbentuk setengah bulat telur.
Panjang tangkainya 37 cm, diameter tempat penampungan manisan adalah 12,5 cm dan kedalaman tempat penampungan manisan tersebut 5,5 cm. Dibagian tempat penampungan manisan terdapat lubang-lubang yang berukuran kurang lebih 1 cm dan jarak antar lobang 2 cm, yang berfungsi untuk tempat keluarnya air gula yang berasal dari manisan tersebut. Ada 2 bentuk tangkai sendok tempurung ini yaitu tangkainya yang berbentuk bulat saja dan tangkai yang pipih diujungnya dan mengecil sampai di bagian perbatasan antara tangkai dan tempat menampung manisan. Alat ini terbuat dari kayu lempung untuk batang dan tempurung kelapa untuk tempat menampung manisan.
Cara pembuatan tempurung kelapa adalah sebagai berikut :
a.       Carilah kayu lempung dan tempurung kelapa sesuai ukuran yang diinginkan.
b.      Kayu lempung dibuat sebagai batang. Diujung batang tersebut dibuat belahan pada bagian tengahnya, yang mana pada bagian itu bentuknya sedikit melengkung.
c.       Bersihkan tempurung dari serabut-serabutnya, kemudian tempurung tersebut dibagi dua. Lalu buatlah lubang-lubang pada tempurung dengan menggunakan bor.
d.      Tempurung lalu diikatkan pada ujung batang dengan rotan atau pasak kayu.
Cara menggunakan sendok tempurung sama dengan cara menggunakan sendok buah biasa. Dengan memasukan sendok tempurung ke dalam tempat penampungan buah, lalu diangkat sehinga air gula akan berpisah dengan manisan buah.  Setelah digunakan sendok tempurung dicuci dengan sabun lalu dibilas dengan air kemudian dijemur. Setelah kering sendok tempurung bias disimpan di rak piring atau gantungan di dapur. 
Masyarakat sekarang sudah jarang yang menggunakan sendok tempurung penyaring buah ini. Masyarakat sekarang lebih banyak menggunakan sendok sayur tapi yang berlubang. Yang terbuat dari aluminium, sehingga mudah dibersihkan. Dan yang pastinya lebih mudah di dapatkan karena dijual dipasaran. Atau yang terbuat dari plastik dengan berbagai macam bentuk dan ukuran.
Sendok tempurung ini juga memiliki pantangan dan penangkal bala yang dikarenakan sendok tempurung tersebut patah. Bila sendok tempurung patah orang yang mematahkan akan mendapatkan kesulitan atau dapat menyebabkan sakit. Untuk cara penangkalan bala sama seperti cara penangkalan bala pada Sadou dan Kelaci.

           5.      Sendok
Sendok adalah alat yang digunakan untuk mengaduk adonan kue. Bentuk “sendok” hampir sama dengan bentuk sendok tempurung, perbedaannya hanya pada tangkainya yang pipih dan sedikit melengkung.
Panjang keseluruhan “sendok” ini adalah 26,5 cm, terdiri dari panjang tangkai 20,5 cm. Lebar ujung tangkai yang pipih 4 cm, diameternya 6,5 cm dan tinggi lubang adalah 4,5 cm. Bahan untuk membuat “sendok” ini adalah kayu lempung dan tumpurung kelapa yang kecil. “Sendok” ini biasanya digunakan untuk mengaduk adonan kue cucur, apam dan lain-lain. “Sendok” ini juga biasa digunakan sebagai takaran kue.

Cara membuat “sendok” adalah :
a.       Carilah kayu lempung dan tempurung kelapa yang kecil.
b.      Lalu kayu lempung dibuat menjadi batang dengan menggunakan gergaji, parang atau pisau tajam.
c.       Kemudian belah tempurung menjadi dua bagian dan bersihkan.
d.      Dan terakhir gabungkan batang dan tempurung kelapa tadi dengan menggunakan pasak dari kayu.
Cara menggunakan alat ini adalah dengan memegang “sendok” pada bagian ujung dan aduk adonan kue tersebut. Setelah selesai digunakan “sendok” dicuci hingga bersih kemudian di jemur. Setelah kering “sendok” disimpan didalam lemari atau di rak piring. Jika “sendok” ini rusak atau patah, maka “sendok” tersebut tidak dapat digunakan lagi, ini berhubungan dengan kepercayaan, pantangan dan penangkalan. Seperti sebelumnya jika seseorang mematahkan “sendok” maka orang akan mendapat bala. Demikian juga cara penangkal bala sama seperti penangkalan bala pada sadou, kelaci dan sendok tempurung.

            6.      Sendok Tempurung sayur
Sendok tempurung ini digunakan untuk mengambil sayur dari kuali ukuran besar. Bentuk sendok tempurung sama dengan “sendok”, hanya saja tangkai sendok tempurung sayur ini tidak terlalu melengkung. Pada ujung tangkainya melebar dan pipih, ada juga yang sedikit melengkung,
Panjang seluruhnya adalah 95 cm, lebar ujung batang 8 cm lalu mengecil hingga batas lengkungan batang. Diameter tempurung 15 cm dengan kedalaman 7 cm. Cara membuat sendok tempurung sayur sama dengan cara membuat sendok tempurung buah hanya saja pada sendok tempurung sayur tempurungnya tidak dilubangi. 





              
Gambar : sendok tempurung sayur
Zaman sekarang sendok tempurung sayur sudah tergantikan oleh sendok sayur yang terbuat dari aluminium. Sendok sayur ini tentulah lebih bersih dari sendok tempurung yang terbuat dari tempurung kelapa, sehingga lebih dihigenis. Sendok sayur modern juga lebih ringan sehingga lebih mudah digunakan dan juga lebih awet atau lebih lama penggunaannya.

gambar : sendok sayur modern
Cara menggunakan sendok tempurung ini sama dengan cara menggunakan sadou, hanya saja sadau hanya digunakan untuk mengaduk sedangkan sendok tempurung digunakan untuk mengambil sayur dari kuali besar. Sendok tempurung digunakan pada acara-acara besar, seperti pesta perkawinan, sunatan, dan lain-lain. Setelah digunakan alat ini dibersihkan kemudian di jemur disinar matahari, kemudian simpan sendok tempurung sayur disandarkan kedinding dekat rak piring.


Sendok tempurung sayur ini juga mempunyai pantangan dan penangkal yang dipercaya masyarakat Melayu. Bila alat ini patah maka orang yang mematahkannya akan mendapatkan bala berupa penyakit atau kesulitan. Cara menangkal bala ini juga sama dengan cara menangkal bala pada sadou, kelaci, sendok tempurung, dan “sendok.

           7.      Lesung batu  
Lesung batu berbentuk segi empat pada bagian atasnya, kemudian mengecil pada bagian kakinya dan tetap berbentuk segi empat serta cekung dibagian tengahnya yang berfungsi sebagai tempat menampung rempah-rempah yang akan ditumbuk. Pasangan alat ini adalah penumbuk yang biasa disebul “alu” yang berbentuk lonjung yang mengecil pada bagian ujungnya..
Panjang lesung batu bagian atas adalah 28 cm, tinggi 20 cm, panjang lesung batu bagian bawah 9 cm, diameter cekungan lesung 19,5 cm, dan kedalaman lesung 12 cm. Sedangkan panjang alat penumbuk adalah 27 cm, diameter bawah penumbuk 8 cm yang digunakan untuk menumbuk, dan diameter atas penumbuk 4,5 cm yang digunakan untuk memegang alat penumbuk. 

 Gambar : lesung batu tradisional
Lesung ini terbuat dari batu gunung. Alat ini berfungsi untuk menumbuk rempah-rempah yang digunakan untuk bumbu masak. Cara membuat lesung batu adalah dengan dibentuk menggunakan palu dan alat pahat.
Cara menggunakan alat ini yaitu dengan menumbukan alu pada dasar lubang lesung yang telah berisi rempah-rempah. Untuk menumbuk alu cukup menggunakan satu tangan. Setelah digunakan lesung batu ini dicuci lalu dibilas kemudian dijemur hingga benar-benar kering. Lalu simpan alat ini di lantai dekat rak piring.
Sekarang orang lebih banyak menggunakan lesung batu tapi yang ukurannya lebih kecil sehingga mudah digunakan, tapi bahan bakunya tetap saja dari batu gunung. Tapi ada juga orang yang menggunakan blender untuk membuat rempah-rempah. Karena penggunaan blender yamg lebih mudah bahkan dibandingkan dengan lesung batu yang lebih kecil. Blender ini umumnya digunakan oleh masyarakat kota, sedangkan lesung batu kecil lebih banyak digunakan oleh masyarakat di pedesaaan atau perkampungan.

  
Gambar : lesung batu berukuran lebih kecil
Seperti halnya alat-alat memasak tradisional yang lain, alat ini juga memiliki pantangan dan penangkal yang diyakini masyarakat. Yaitu bila saat menumbuk alunya patah, maka akan mendapatkan bala yang bias mengakibatkan gila. Cara menangkalnya adalah dengan membungkus alu yang patah tersebut dengan kain putih, di”tepung-tawari” dan dibacakan selawat.

 Setelah itu orang tersebut mengambil arang bekas bakaran kayu didapur lalu di corengkan ke wajahnya. Kemudian patahan tersebut di kubur di Pohon Asam, tidak boleh yang lain. Tetapi sebelum itu Pohon Asam tersebut harus dipotong dulu sehingga mengeluarkan getah, dan dioleskan ke alu yang patah tadi dengan mengucapan “ini sebagai pengganti saya”. Barulah alu tersebut boleh dikubur. Selesai mengubur orang tersebut mandi di kolam atau sumur, lalu masuk kerumah dan membaca selawat. Dan semua kegiatan tersebut harus dilakukan sendiri tanpa bantuan orang lain.

          8.      Batu Pipis
Batu pipis adalalah alat yang digunakan untuk  menggiling cabai. Batu pipis berbentuk seperti lesung batu hanya saja lebih pendek. Dan alat penggilingnya berbentuk bulat panjang.
Panjang dasar atasnya adalah 33,5 cm, lebarnya 22 cm yang digunakan sebagai tempat meletakan cabai yang akan digiling dan panjang dasar bawahnya 16 cm.  sedangkan alat penggilingnya memiliki panjang 23 cm dengan diameter 17,5 cm. bahan baku untuk membuat alat ini adalah batu. Batu pipis dapat dibuat dengan menggunakan palu dan alat pahat besi.

    Gambar : batu pipis dan alat penggilingnya

Cara menggunakan alat ini adalah dengan memegang dua ujung alat penggiling lalu ditekan sekaligus didorong maju mundur. Setelah digunakan alat ini dicuci, kemudian disimpan di lantai dekat rak piring.
Batu pipis memiliki pantangan dan penangkal tersendiri yang diyakini masyarakat Melayu. Pantangannya yaitu bila alat penggiling ini patah maka orang yang mematahkannya akan gila. Untuk menangkal bala tersebut caranya sama dengan cara menangkal bala pada lesung batu.
Seperti halnya lesung batu, sebagian besar orang juga telah beralih dari batu pipis kepada lesung batu yang lebih kecil. Karena pengunaannya yang hampir sama, sehingga sebagian masyarakat mengunakan lesung batu dan juga blender sebagai ganti dari batu pipis tersebut.
  
           9.      Dulang kayu
Dulang kayu adalah sebutan untuk tempat menyimpan makanan. Dulang ini berbentuk setengah lingkaran yang rata dibagian atasnya. Dulang kayu ini terdiri dari dua bagian yang pertama adalah penutup yang digunakan untuk menutup dulang kayu ini dan yang kedua adalah tempat untuk menyimpan makanan yang berbentuk segi empat.
Tinggi dari keseluruhan dulang kayu adalah 20 cm, dan panjangnya 47 cm. Bahan pembuatan alat ini adalah kayu jati. Cara memakai alat ini adalah dengan meletakan piring-piring yang telah berisi makanan ke dalam dulang kayu kemudian ditutup dan siap disajikan.
Cara membersihkan alat ini cukup dengan dilap karena kalau pun kotor itu karena tumpahan kuah sayur atau makanan lain ataupun boleh juga dicuci. Setelah dibersihkan dulang kayu dapat disimpan di atas meja makan atau disandarkan ke dinding. Kepercayaan pantangan dan penangkal bala sehubungana dengan dulang kayu ini tidak ada didalam masyarakat.


Gambar : Dulang Perak
Dulang kayu sekarang, yang banyak digunakan masyarakat adalah dulang kayu yang berbahan baku perak dan plastik. Dulang kayu dari bahan perak ini lebih banyak digunakan oleh anggota-anggota keluarga kerajaan, walaupun bukan dari keturunan raja langsung. Tapi dulang kayu ini juga digunakan oleh orang-orang tua dari bangsawan kerajaan terdahulu.


10.  Perundak
Perundak adalah alat untuk membuat kerupuk ikan atau amplang. Dengan alat ini daging dan tulang ikan dipisahkan. Perundak memiliki tiga macam bentuk yaitu pertama berbentuk setengah tempurung dan berlubang, kedua berbentuk segi empat berlubang, dan yang ketiga alasnya berbetuk segi empat yang pada bagian atasnya terdapat cekungan yang berfungsi menampung daging ikan.
Diameter tempurung adalah 14,5 cm, tingginya 5 cm, dan besar lubang pada tempurung 0,6 cm. Panjang bagian atas tempat ikan diletakan 37 cm, tinginya 11,5 lubang pada bagian atas tempat meletakan ikan 0,7 cm. Alas tempat menampung ikan berbentuk bujur sangkar adalah 50 cm. Bahan baku untuk membuat perundak adalah tempurung kelapa dan kayu belian.
Alat ini dapat dibuat sendiri, yaitu dengan cara :
a.       Carilah tempurung sesuai ukuran yang diinginkan.
b.      Lalu cari kayu belian untuk membuat tempat meletakkan ikan.
c.       Bersihkan tempurung dari serabut dan lubangi seluruh badan tempurung dengan menggunakan bor.
d.      Buat tempat untuk meletakan ikan yaitu berupa meja tetapi bentuknya lebih kecil.
e.       Setelah selesai buatlah lubang pada bagian yang akan diletakan ikan.
f.       Dan terakhir buatlah tempat untuk menampung daging ikan dan tempat untuk meletakan tempat penampung ikan.

Cara menggunakan alat ini adalah menekan sambil mendorong dan menarik, sehingga dapat memisahkan antara daging dan ikan. Setelah selesai digunakan, alat ini kemudian dicuci lalu dijemur hingga kering. Setelah kering perundak disimpan di samping rak piring. Kepercayaan, pantangan dan penangkal untuk perundak ini tidak ada didalam kehidupan masyarakat.

            11.  Gerengseng
Gerengseng adalah nama untuk tempat memasak air berukuran besar. Gerengseng berbentuk menyerupai bola.
Tinggi gerengseng adalah 35 cm, lebar bagian atas atau bibirnya 40,5 cm tebal bibir gerengseng 5 cm. Bahan bakunya adalah kuningan. Alat ini digunakan untuk acara-acara tertentu seperti pesta perkawinan, sunatan dan lain-lainnya.


Gambar : Gerenggeng
Cara menggunakan alat ini adalah dengan mengisi air sebanyak yang dibutuhkan kemudian diletakan di atas tungku yang telah disiapkan. Setelah digunakan gerengseng dicuci kemudian dijemur hingga kering kemudian disimpan diruangan dapur.

Bila gerengseng bocor bisa langsung dipatri sehingga dapat digunakan lagi. Bila tidak digunakan lagi alat ini bisa dimanfaatkan sebagai tempat penyimpanan barang-barang yang lebih kecil.
Sekarang orang lebih banyak menggunakan panci yang berukuran besar untuk memasak air dari pada manggunakan gerengseng. Karena panci terbuat dari aluminium yang lebih ringan, sehingga lebih mudah menggunakannya. Panci juga lebih mudah ditemukan dari pada gerengseng yang berbahan baku kuningan yang sudah jarang digunakan sekarang.
    
            12.  Lekar (Paca’ Kawah)
Lekar adalah alas pada saat pemakaian kuali, panci, dan lain-lain. Lekar ini memiliki berbagai bentuk, ada yang berbentuk aluminium, dan ada juga yang berbentuk lingkaran yang terdapat lubang pada bagian tengah. 

    Gambar : Lekar
Lekar ini memiliki diameter 29 cm, panjang bagian dasar 25 cm, diameter bagian lobang 20 cm atau 10 cm. Besar kecilnya diameter lekar tergantung pada apa yang akan disimpan di atas lekar. Bahan baku pembuatan alat ini adalah rotan. Lekar ini diletakkan dahulu di atas meja atau lantai dapur, barulah letakkan panci, kuali, ceret atau alat lain di atasnya. Sehingga arang yang terdapat di bawah kual, ataupun pancii tidak langsung mengenai lantai ataupun meja.
Lekar ini dapat kita buat sendiri. Pertama carilah rotan yang sudah tua, kemudian rotan tersebut direndam dahulu ke dalam air sebentar saja. Kemudian rotan tersebut dibelah. Rotan yang digunakan adalah bagian kulit rotan. Barulah kemudian rotan dianyam menjadi bentuk lekar.
Setelah menggunakannya, lekar tidak perlu langsung dicuci, cukup dibersihkan dengan lap kain dan disimpan. Lekar umumnya disimpan dengan cara digantung di dinding ruang dapur. Apabila rusak lekar ini masih bisa diperbaiki, tapi jika tidak alat ini bisa langsung dibuang.
Lekar masih banyak digunakan oleh masyarakat, hanya saja kebanyakan orang tidak mengetahui nama alat tersebut. Dan sekarang lekar sudah banyak dimodifikasi, mulai dari bentuknya, warnanya, bahkan bahan bakunya tidak lagi menggunakan rotan.

            13.  Morong
Morong adalah alat untuk memasak air dari tanah liat. Alat ini bisa juga digunakan untuk membuat kopi ataupun teh. Morong berbentuk seperti kendi, mempunyai mulut untuk menuangkan air. Zaman dulu alat ini merupakan alat utama untuk memasak air minum ataupun untuk wadah tempat membuat minuman. Bahan baku untuk membuat alat ini adalah tanah liat.

Gambar : morong
Tapi dengan perkembangan zaman morong telah tergantikan oleh ceret dari bahan aluminium atau porselin. Karena penggunaan ceret ini dianggap lebih mudah untuk memasak air dan tentu saja lebih tahan lama. Bahkan sekarang sudah ada ceret yang menggunakan listrik sehingga lebih mudah untuk dibawa kemana-mana. Sekarang alat ini hanya khusus digunakan untuk membuat minuman rempah atau air putih biasa, karena bila disimpan didalam marong air akan terasa lebih dingin dari ceret biasa.

       14.  Parutan Kelapa
Parutan kelapa digunakan untuk memarut kelapa. Bentuk parutan kelapa ini bermacam-macam. Tapi pada umumnya parutan yang digunakan adalah parutan biasa yang dipakai ibu-ibu rumah tangga.
Parutan ini terbuat dari sekeping papan yang panjangnya 0,5 m, diatasnya ditanam kawat baja yang tingginya 0,25 cm dan jarak antar satu paku adalah 0,5 cm. umumnya tidak semua permukaan balok ditanami kawat tapi disisakan masing-masing 25 cm.

Gambar : Parutan Kelapa tradisional

Tapi zaman sekarang parutan kelapa sudah berkembang, karena sekarang parutan kelapa sudah menggunakan mesin. Baja tidak lagi dipasang di atas papan tapi d iatas balok kayu bulat. Kayu bulat dipotong sehingga seperti roda, lalu dipasang as di tengah-tengah roda tadi kemudian dipasang rantai sepeda sehingga dapat berputar. Sekarang parutan kelapa tidak hanya untuk memarut kelapa tapi juga untuk membuat minyak kelapa.
     
  
II.                KEGIATAN   DALAM   DAPUR
Dalam setiap masa, manusia memerlukan dapur untuk mengelola bahan makanan mentah, sehingga menjadi makanan yang siap dimakan. Sehingga dapat dikatakan bahwa dapur adalah pusat memproduksi makanan bagi keluarga. Untuk memproduksi makanan diperlukan bermacam-macam kegiatan. Seperti memasak nasi, menggoreng, merebus, mengukus, menumis, memanggang, membakar, merendang berbagai jenis makanan atau bahan makanan dan masih banyak yang lainnya. Kegiatan dalam dapur tradisional dan kegiatan dalam dapur modern memiliki beberapa perbedaan. Berikut adalah penjelasan tentang perbedaan-perbedaaan tersebut.

A. Kegiatan dalam Dapur Tradisional
Dalam melakukan kegiatan masak-memasak, dalam dapur tradisional semua itu dikerjakan oleh istri dan juga anak-anak perempuan dalam keluarga tersebut. Karena dalam rumah tangga tradisional belum mengenal pembantu, sehingga peran istri dan anak perempuan sangat penting dalam menjalankan kegiatan didapur keluarga agar makanan untuk keluarga dapat terpenuhi. Oleh karena itu di masyarakat tradisional terdapat pandangan : ’’sepandai-pandainya wanita akhirnya kedapur jua’’ atau ’’wanita tidak perlu pintar, yang penting pandai memasak’’. Pandangan ini dikarenakan dalam kehidupan sehari-hari seperti menjaga anak. membersihkan rumah terutama memasak semua itu dikerjakan wanita. 
Memasak merupakan tugas utama para wanita atau ibu rumah tangga. Dalam memasak, makanan yang dimasak harus lengkap yang terdiri dari makanan utama, makanan tambahan, dan makanan cadangan.
Makanan utama yaitu makanan yang harus ada dan diperlukan oleh anggota keluarga setiap harinya. Makanan utama yang dihasilkan dalam dapur tradisional adalah nasi dan lauk pauk. Nasi umumnya barasal dari padi, nasi ini disebut nasi tulen. Tapi ada juga nasi yang dicampur dengan jagung, ubi atau talas, nasi ini disebut nasi randau. Dan seperti yang kita au lauk pauk yang lengkap adalah empat sehat lima sempurna.
Makanan tambahan yaiu makanan ringan atau makanan selingan. Makanan ini biasanya berupa kue-kue atau juadah. Makanan tambahan biasanya dimakan pada waktu bersantai, setelah pulang dari bekerja atau melakukan aktivias lain sepanjang hari.
Makanan cadangan yaitu makanan yang diawetkan untuk dijadikan persedian saat kekurangan makanan. Seperti dimusim penghujan dimana masyarakat tidak bisa bekerja ataupun saat musim panen kurang berhasil sehingga hasil panen tidak bisa mencukupi kebutuhan. Yang biasa digunakan untuk membuat makanan cadangan adalah daging hewan buruan.

B. Kegiatan dalam Dapur Modern
Fungsi dapur modern tidak jauh berbeda dengan fungsi dari dapur tradisional. Hanya ada beberapa fungsi tambahan dalam dapur modern, yaitu sebagai ruang keluarga, sekaligus ruang tamu. Tamu yang sudah akrab biasanya lebih nyaman jika mengobrol di dapur dari pada di ruang tamu yang formal. Karena itu peralatannya haruslah praktis, nyaman, dan aman, sehingga kegiatan memasak menjadi menenangkan. Dapur juga bisa didesain seperti bentuk bar mini, sehingga bisa dijadikan tempat berkumpul. Dapur juga bisa menggantikan fungsi ruang keluarga, karena keluarga bisa berkumpul dengan lebih santai sambil memakan cemilan sehingga suasana lebih menyenangkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar