Jumat, 13 Juni 2014

FONOLOGI



Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) dinyatakan bahwa fonologi adalah bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi – bunyi bahasa menurut fungsinya. Dengan demikian fonologi adalah merupakan sistem bunyi dalam bahasa Indonesia atau dapat juga dikatakan bahwa fonologi adalah ilmu tentang bunyi bahasa.

Fonologi dalam tataran ilmu bahasa dibagi dua bagian, yakni:


1. Fonetik
Fonetik adalah ilmu bahasa yang membahas bunyi – bunyi bahasa yang dihasilkan alat ucap manusia, serta bagaimana bunyi itu dihasilkan.
Ilmu ini berangkat dari teori fisika dasar yang mendeskripsikan bahwa bunyi pada hakikatnya adalah gejala yang timbul akibat adanya benda yang bergetar dan menggetarkan udara di sekelilingnya. Oleh karena bunyi bahasa juga merupakan bunyi, bunyi bahasa tentunya diciptakan dari adanya getaran suatu benda yang menyebabkan udara ikut bergetar.
Dalam fonetik, bunyi bahasa dianggap setara dengan bunyi, yaitu sebuah gejala fisika yang dapat diamati proses produksinya. Fonetik memang berorientasi dalam deskripsi produksi bunyi bahasa serta cara-cara yang dapat mengubah bunyi bahasa itu dalam produksinya. Oleh karena itu, fonetik bertugas mendeskripsikan bunyi-bunyi bahasa yang terdapat di dalam suatu bahasa.
Macam –macam fonetik :
a.       Fonetik artikulatoris
1)   fonetik yang yang mempelajari posisi dan gerakan bibir, lidah dan organ-organ manusia lainnya yang memproduksi suara atau bunyi bahasa.
2)   fonetik yang mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat ucap manusia menghasilkan bunyi bahasa serta pengklasifikasian bahasa berdasarkan artikulasinya.
3)   Fonetik yang meneliti alat-alat organik yang dipakai untuk menghasilkan bunyi bahasa. mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat bicara yang ada dalam tubuh manusia menghasilkan bunyi bahasa. Saat udara dari paru-paru dihembuskan, kedua pita suara dapat merapat atau merenggang. Apabila pita suara merenggang sehingga arus udara dapat lewat dengan mudah menghasilkan bunyi bersuara. Apabila pita suara dirapatkan maka menghasilkan  bunyi tak bersuara.

b.      Fonetik akustik
1)   fonetik yang mempelajari gelombang suara dan bagaimana mereka didengarkan oleh telinga manusia
2)   fonetik yang mempelajari bunyi bahasa yang berupa getaran udara dan mengkaji tentang frekuensi getaran bunyi, amplitudo, intensitas dan timbrenya.
3)   fonetik yang menyelidiki bunyi menurut sifat-sifatnya sebagai getaran udara. Fonetik akustik menyangkut bunyi bahasa dari sudut bunyi sebagai getaran udara, dari segi bunyi sebagai gejala fisis. Bunyi-bunyi diselidiki frekuensi getarannya, amplitudo, intensitas, dan timbrenya oleh alat pembantu seperti oscillograph.

c.       Fonetik auditori
1)   fonetik yang mempelajari persepsi bunyi dan terutama bagaimana otak mengolah data yang masuk sebagai suara
2)   fonetik yang mempelajari bagaimana mekanisme telinga menerima bunyi sebagai hasil dari udara yang bergetar.
3)   fonetik yang mempelajari bagaimana mekanisme telinga menerima bunyi bahasa sebagai getaran udara. Fonetik jenis ini cenderung dimasukkan ke dalam neurologi ilmu kedokteran.


2. Fonemik
Fonemik adalah ilmu bahasa yang membahas bunyi – bunyi bahasa yang berfungsi sebagai pembeda makna. Jika dalam fonetik kita mempelajari segala macam bunyi yang dapat dihasilkan oleh alat-alat ucap serta bagaimana tiap-tiap bunyi itu dilaksanakan, maka dalam fonemik kita mempelajari dan menyelidiki kemungkinan-kemungkinan, bunyi-ujaran yang manakah yang dapat mempunyai fungsi untuk membedakan arti.
Pada dasarnya, setiap kata atau kalimat yang diucapkan manusia itu berupa runtutan bunyi bahasa. Pengubahan suatu bunyi dalam deretan itu dapat mengakibatkan perubahan makna. Perubahan makna yang dimaksud bisa berganti makna atau kehilangan makna. Contoh:

b
A
b
i
‘binatang berkaki empat’



p
A
p
i
sebutan lain untuk ayah
Pada contoh di atas, kata babi memiliki dua konsonan [b] yang menjadi awal suku kata pertama dan kedua sedangkan kata papi memiliki konsonan [p] sebagai awal suku kata pertama dan keduanya. Selain kedua bunyi itu, bunyi lainnya dan posisi/urutan bunyi lain itu sama. Perbedaan bunyi [b] dan [p] pada posisi/urutan yang sama dapat mengubah makna kata, inilah yang dikaji oleh fonemik.
Fonemik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997), diartikan :
1.      Bidang linguistic tentang system fonem
2.      System fonem suatu bahasa
3.      Prosedur untuk menentukan fonem suatu bahasa.
Selain pengertian fonetik dan fonemik, kita perlu memahami pengertian fonem, agar tidak terjadi kekeliruan dalam dalam penggunaan istilah “fonem” dan “huruf”.

FONEM
Fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang bersifat fungsional, artinya satuan memiliki fungsi untuk membedakan makna. Fonem tidak dapat berdiri sendiri karena belum mengandung arti atau makna, tapi peranannya dalam bahasa sangat penting karena fonem dapat membedakan makna. Misalnya saja fonem [l] dengan [r].
Jika kedua fonem tersebut berdiri sendiri, pastilah kita tidak akan menangkap makna. Akan tetapi lain halnya jika kedua fonem tersebut kita gabungkan dengan fonem lainnya seperti [m], [a], dan [h], maka fonem [l] dan [r] bisa membentuk makna /marah/ dan /malah/. Jika satu unsur diganti dengan unsur lain maka akan membawa akibat yang besar yakni perubahan arti.
Menurut Supriyadi (1992), fonem adalah suatu kebahasaan yang terkecil. Menurut Santoso (2004), menyatakan setiap bunyi ujaran dalam satu bahasa mempunyai fungsi membedakan arti. Bunyi ujaran yang membedakan arti ini disebut fonem. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997), tertulis bahwa yang dimaksud dengan fonem adalah satuan bunyi terkecil yang mampu menunjukkan kontras makna. Untuk mengenal dan menentukan bunyi-bunyi bahasa yang bersifat fungsional (fonem), biasanya ditentukan melalui kontras pasangan minimal. Pasangan minimal ini adalah pasangan bentuk-bentuk bahasa yang terkecil dan bermakna pada sebuah bahasa atau kata tunggal yang secara ideal sama, kecuali satu bunyi berbeda, misalnya :
1.    Kata bara dan para. Mempunyai fonem yang berbeda yaitu fonem /b/ dan fonem /p/ .
2.    Kata laba dan raba. Mempunyai fonem yang berbeda yaitu fonem /l/ dan fonem /r/.
3.    Kata kami dan kamu. Mempunyai fonem yang berbeda yaitu fonem /i/ dan fonem /u/.
4.    Kata cari dan tari. Mempunyai fonem yang berbeda yaitu fonem /c/ dan fonem /t/

Sebaliknya dalam bahasa Indonesia bunyi [f], [v] dan [p] pada dasarnya bukanlah tiga fonem yang berbeda. Kata provinsi apabila dilafazkan sebagai [propinsi], [profinsi] atau [provinsi] tetap sama saja. Fonem tidak memiliki makna, tapi peranannya dalam bahasa sangat penting karena fonem dapat membedakan makna. Bagi orang Jepang kata marah dan malah mungkin mereka anggap sama karena dalam bahasa mereka tidak ada fonem.
Dalam mengenal fonem terdapat beberapa pokok pikiran umum yang diebut premis-premis fonologis. Berdasarkan sifat umumnya premis-premis bahasa tersebut adalah sebagai berikut :
1.    Bunyi bahasa mempunyai kencenderungan untuk dipengaruhi oleh lingkungannya.
2.    Sistem bunyi mempunyai kecenderungan bersifat simetris.
3.    Bunyi-bunyi bahasa yangsecara fonetis mirip harus digolongkan ke dalam kelas-kelas bunyi (fonem) yang berbeda, apabila terdapat pertentangan di dalam lingkungan yang sama.
4.    Bunyi-bunyi yang secara fonetis mirip dan terdapat di dalam distribusi yang komplementer, harus dimasukkan ke dalam kelas-kelas bunyi (fonem) yang sama.
Dalam linguistic, huruf sering diistilahkan dengan grafem.
Perbedaan antara fonem dan huruf (grafem): fonem adalah satuan bunyi bahasa yang terkecil yang dapat membedakan arti, sedangkan huruf (grafem) adalah gambaran dari bunyi (fonem), dengan kata lain huruf adalah lambang fonem. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997), bahwa huruf adalah tanda aksara dalam tata tulis yang merupakan anggota abjad yang melambangkan bunyi bahasa.

System Fonologi dan Alat Ucap
Dalam bahasa Indonesia, secara resmi ada 32 fonem, yang terdiri atas :
1.        Fonem vocal 6 buah, yaitu : /a/, /i/, /u/, /e/, dan /o/
2.        Fonem diftong 3 buah, yaitu : /oy/, /ay/, dan /ou/
3.        Fonem konsonan 23 buah, yaitu : p/, /b/, /m/, /t/, /d/, /n/, /c/, /j/, /n/, /k/, /g/, /n/, /y/, /r/, /l/,, /w/, /s/, /s/, /z/, f/, /h/, /x/, dan /?/

Syamsuri (1994), menyatakan bahwa secara fonetis bahasa dapat dipelajari secara teoritis dengan tiga cara atau jalan, yaitu :
1.        Bagaimana bunyi-bunyi itu dihasilkan oleh alat ucap manusia (fisiologis atau artikuler)
2.        Bagaimana arus bunyi yang telah keluar dari rongga mulut/rongga hidung si pembicara merupakan gelombang-gelombang bunyi udara (akustik)
3.        Bagaimana bunyi itu diinderakan melalui pendengaran dan syaraf si pendengar (impresif atau auditoris)
Alat ucap dibagi menjadi dua macam, yaitu :
1.      Articulator, adalah alat-alat yang dapat digerakkan/digeser ketika bunyi diucapkan.
2.      Titik artikulasi, adalah titik atau daerah pada bagian alat ucap yang dapat disentuh atau didekati.
Fonem-fonem dihasilkan karena gerakan organ-organ bicara terhadap aliran udara dari paru-paru sewaktu seseorang mengucapkannya. Jika bunyi ujaran yang keluar dari paru-paru tidak mendapat halangan, maka bunyi atau fonem yang dihasilkan adalah vocal, sedangkan jika bunyi ujaran ketika udara keluar dari paru-paru mendapat halangan, maka terjadilah bunyi konsonan.
Fonem vocal yang dihasilkan tergantung dari beberapa hal, yaitu :
1.    Posisi bibir
2.    Tinggi rendahnya lidah
3.    Maju-mundurnya lidah.



PEMBENTUKAN VOKAL
Berdasarkan posisi bibir, vocal dibedakan atas :
1.    Vokal bulat atau bundar, yaitu vokal yang diucapkan dengan bentuk bibir bulat. Misalnya, vokal [u], [o] dan [a]
2.    Vokal tak bulat atau tak bundar, yaitu vokal yang diucapkan dengan bentuk bibir tidak bulat atau melebar. Misalnya, [I], [e] dan [].

Berdasarkan tinggi rendahnya gerakan lidah, vocal dibedakan atas :
1.    Vokal tinggi, yaitu vokal yang dibentuk jika rahang bawah merapat ke rahang atas : [I] dan [u].
2.    Vokal madya, yaitu vokal yang dibentuk jika rahang bawah menjauh sedikit dari rahang atas : [a] dan [].
3.    Vokal rendah, yaitu vokal yang dibentuk jika rahang bawah dimundurkan lagi sejauh-jauhnya : [a].

Berdasarkan gerakan maju mundurnya lidah, vocal dibedakan atas :
1.    Vokal depan, yaitu vokal yang dihasilkan oleh gerakan naik turunnya lidah bagian depan : [i] dan[e].
2.    Vokal tengah, yaitu vokal yang dihasilkan oleh gerakan lidah begian tengah : [a] dan [].
3.    Vokal belakang, yaitu vokal yang dihasilkan oleh gerakan naik turunnya lidah bagian belakang : [u] dan [o].

Berdasarkan strikturnya (striktur adalah keadaan hubungan posisional artikulator (aktif) dengan artikulator pasif atau titik artikulasi), vokal dibedakan menjadi :
1.    Vokal tertutup, yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah diangkat setinggi mungkin mendekati langit-langit dalam batas vokal. [i] dan [u].
2.    Vokal semi tertutup, yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah diangkat duapertiga di atas vokal paling rendah : [e] dan[o].
3.    Vokal semi terbuka, yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah diangkat dalam ketinggian sepertiga di atas vokal paling rendah :[] dan [o].
4.    Vokal terbuka, yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah dalam posisi aerendah mingkin : [a] dan [A].
Tabel Posisi Vokal Dalam Fonem
Posisi
Fonem
Awal
Tengah
Akhir
/i/
/e/
/∂/
/a
/u/
/o/
/ikan/ ikan
/ekor/ ekor
/∂mas/ emas
/anak/ anak
/ukir/ ukir
/obat/ obat
/pintu/ pintu
/nenek/ nenek
/ruw∂t/ ruwet
/darma/ darma
/masuk/ masuk
/balon/ balon
/api/ api
/sore/ sore
/tipe∂/ tipe
/kota/ kota
/bau/ bau
/baso/ baso


Pembentukan konsonan
Bila dalam menghasilkan suatu bunyi-ujaran, udara yang keluar dari paru-paru mendapat halangan, maka terjadilah bunyi yang disebut konsonan . Halangan yang dijumpai udara itu dapat bersifat sebagian yaitu dengan menggeserkan atau mengadukkan arus udara itu.

Dengan memperhatikan bermacam-macam faktor untuk menghasilkan konsonan, maka kita dapat membagi konsonan-konsonan:
1.    Berdasarkan daerah artikulasinya.
2.    Berdasarkan cara artikulasinya atau halangan udara yang dijumpai udara yang mengalir keluar.
3.    Berdasarkan bergetar tidaknya pita suara.
4.    Berdasarkan jalan keluarnya udara.

Klasifikasi konsonan daerah artikulasinya (striktur), konsonan terbagi atas :
1.    Konsonan bibir (bilabial), yaitu konsonan yang dihasilkan dengan mempertemukan kedua belah bibir yang bersama-sama bertindak sebagai artikulator dan titik artikulasi : [p], [b], [m] dan [w].
2.    Konsonan bibir gigi (labiodental), yaitu konsonan yang dihasilkan dengan mempertemukan gigi atas sebagai titik artikulasi dan bibir bawah sebagai artikulator : [f] dan [v].
3.    Konsonan gigi (dental), yaitu konsonan yang dihasilkan oleh ujung lidah sebagai artikulator dan daerah antar gigi (dents) sebagai titik artikulasi : [t], [d] dan [n].
4.    Konsonan apiko-alveolar,, yaitu konsonan yang dihasilkan oleh ujung lidah sebagai arikulator dan lengkung kaki gaga (alveolum) sebagai titik artikulasi : [s], [z[, [r] dan [l].
5.    Konsonan langit-langit (palantal), yaitu konsonan yang dihasilkan oleh bagian tengah lidah (lamina) sebagai artikulator dan langit-langit keras (plantum) sebagai titik artikulasi : [c], [j], [S], [n] dan [y].
6.    Konsonan glotal atau hamzah, yaitu konsonan yang dibentuk oleh posisi pita suara sama sekali merapat sehingga menutup glotis : [?]
7.    Konsonan langit-lngit lembut (velar), yaitu konsonan yang dihasilkan oleh belakang lidah (dorsum) sebagai artikulator dan langit-langit lembut sebagai titik artikulasi : [k], [g], [x] dan [ƞ].
8.    Konsonan pangkal tenggorok (laringal), yaitu konsonan yang dibentuk dengan pita suara terbuka lebar sehingga udara keluar dan digesekan melalui glotis : [h]
Berdasarkan cara artikulasinya atau halangan yang dijumpai udara ketika keluar dari paru-paru, konsonan terbagi atas :
1.    Konsonan hambat (stop), yaitu konsonan yang dihasilkan dengan cara menghalangi sama sekali udara pada daerah artikulasi : [p], [t], [c],[k], [d], [j], dan [g].
2.    Konsonan geser (frikatif), yaitu konsonan yang dibentukmdengan cara menggesekkan udara yang keluar dari paru-paru : [h], [s], [S], [z] dan [x].
3.    Konsonan likuida (lateral), yaitu konsonan yang dihasilkan dengan menaikkan lidah ke langit-langit sehingga udara terpaksa diaduk dan dikeluarkan melalui kedua sisi lidah : [l].
4.    Konsonan getar (trill), yaitu konsonan yang dihasilkan dengan cara menjauhkan dan mendekatkan lidah ke alveolum dengan cepat dan berulang-ulang : [r].
5.    Semi vokal, yaitu konsonan yang pada saat diartikulasikan belum membentuk konsonan murni : [w] dan [y].
Berdasarkan bergetar tidaknya pita suara, konsonan terbagi atas :
1.    Konsonan bersuara, yaitu konsonan yang terjadi jika ydara yang keluar dari rongga ujaran turut menggetarkan pita suara : [b], [m], [v], [d], [r], [n], [j], [], [g], [w], [z], [x], [r].
2.    Konsonan tak bersuara, yaitu konsonan yang terjadi jika udara yang keluar dari rongga ujaran tidak menggetarkan pita suara : [p], [t], [c], [k], [?], [f], [S], [x] dan [h].
Berdasarkan jalan keluarnya udara, konsonan terbagi atas :
1.    Konsonan nasal, yaitu konsonan yang terjadi jika udara keluar melalui rongga hidung : [m], [n],], dan [ň]
2.    Konsonan oral, yaitu konsonan yang terjadi jika udara keluar melalui rongga mulut, contohnya adalah semua konsonan selain pada konsonan nasal.


Tabel Posisi Konsonan Dalam Fonem
Posisi
Fonem
Awal
Tengah
Akhir
/p/
/b/
/t/
/d/
/c/
/j/
/k/
/g/
/f/
/v/
/s/
/z/
/š/
/h/
/m/
/n/
/ň/
/ƞ/
/r/
/l/
/w/
/y/
/pasang/
/bahasa/
/tali/
/dua/
/cakap/
/jalan/
/kami/
/galag/
/fakir/
/varia/
/suku/
/zeni/
/syarat/
/hari/
/maka/
/nama/
/nyata/
/ngilu/
/raih/
/lekas/
/wanita/
/yakin/
/apa/
/sebut/
/mata/
/ada/
/beca/
/manja/
/paksa/
/tiga/
/kafan/
/lava/
/asli/
/lazim/
/isyarat/
/lihat
/kami/
/anak/
/hanya/
/angin/
/juara/
/alas/
/hawa/
/payung/
/siap/
/adab/
/rapat/
/abad/
-
/mi’raj/
/politik/
/jajag/
/maaf/
-
/lemas/
-
/arasy/
/tanah/
/diam/
/daun/
-
/pening/
/putar/
/kesal/
-
-


Diftong
Diftong adalah dua buah vokal yang berdiri bersama dan pada saat diucapkan berubah kualitasnya. Perbedaan vokal dengan diftong adalah terletak pada cara hembusan nafasnya. Pada waktu melafalkan diftong, posisi lidah bunyi yang satu dengan yang lain saling berbeda menyangkut tinggi rendahnya lidah, bagian lidah yang bergerak, serta langit-langitnya.
Diftong dalam bahasa indonesia adalah sebagai berikut :
1.      Diftong /au/, pengucapannya [aw]. Contohnya :
[harimaw] /harimau/
[kerbaw] /kerbau/
2.      Diftong /ai/, pengucapannya [ay]. Contohnya :
[santay] /santai/
[sungay] /sungai/
3.      Diftong /oi/, pengucapannya [oy]. Contohnya :
[amboy] /amboi/
[asoy] /asoi/
Diftong dapat diklasifikasi-kan menjadi tiga, yaitu diftong naik, diftong turun, dan diftong memusat.
11. Diftong naik atau menutup dihasilkan dengan cara vokal yang kedua diucapkan dengan posisi lidah lebih tinggi daripada vokal yang pertama, strukturnya semakin tertutup. Bahasa Indonesia memiliki tiga jenis diftong naik, yaitu :
a.         diftong naik-menutup-maju [ai], misalnya dalam kata pakai, lalai pandai, nilai, tupai, sampai,
b.         diftong naik-menutup-maju [oi], misalnya dalam kata amboi, sepoi-sepoi,
c.         diftong naik-menutup-mundur [au], misalnya dalam kata saudara, lampau, kacau.

22. Diftong turun dihasilkan dengan cara posisi lidah yang kedua diucapkan lebih rendah dari yang pertama. Di dalam bahasa Indonesia hanya ada diftong naik, sedangkan diftong turun tidak ada.
  3. Diftong memusat diucapkan dengan cara vokal kedua diucapkan dengan menggerakkan lidah ke vokal tengah sentral. Bahasa Indonesia tidak memiliki diftong memusat. 
                                                                                                       










Tidak ada komentar:

Posting Komentar