A.
Sistem Nilali dan Kecendrungan Sikap
Nilai sebagai salah satu aspek budaya yang merupakan
konsepsi individu yang terkait langsung dengan keyakinan (believe) tentang
suatu, di satu sisi, keyakinan merupkan proposisi individu untuk menetapkan
sesuatau itu benar atau salah, diinginkan (desirable) atau tidak diinginkan undesirable),
baik atau buruk, dan seterusnya.
Spranger ( 1979:582) menjelaskan
bahwa sistem nilai yang ada dalam setiap peserta didik berkaitan erat
dengan lapangan hidup peserta didik itu sendiri, yakni:
a.
Lapangn pengetahuan ( ilmu, teori)
b.
Lapangan ekomoni
c.
Langan kesenian
d.
Lapangan keagamaan
2.
Lapangan hidup yang bersangkutan dengan manusia sebagai mahluk
sosial, meliputi:
a. lapangan
kemasyarakatan ( social)
b. lapangan
politik
Enam lapangan hidupyang menentukan jenis
siste nilai yng ada dala setiap diri individu,yaitu:
1.
Teoretik, yang menjadi
dasar teori
2.
Ekonomik, yang menjadi dasar dari setiap ekonomik
3.
Aestatik,yang menjadi dasar sikap aestetik
4.
Social, menjadi dasar dari sikap social
5.
Politik, menjadi dasar sikap politik
6.
Religi, yang menjadi dasar sikap religius
Secara garis
beasar Alport dkk (1970)
menjelaskan bahwa kecendrungan sikap peserta didik berdasarkan sistem
nilai yang dominan dalam diri, yaitu:
1.
Nilai Teoritik
Peserta
didik yang nilai teoritiknya tinggi, cendrung banyak menggunakan
kognitif ,dan
memilliki pendirian yang relatif objektif terhadap segala masalah kehidupan sosial.
2.
Nilai Ekonomi
Peserta
didik yang memiliki nilai ekomomi secara menonjol (doniman/ tinggi) kaya akan
gagasan prestasi dan utilitas (prinsip kegunaan) tanpa memperhatikan bentuk
tindakannya,
3.
Nilai Estetik (keindahan)
Individu
yang dominan
dikuasai nilai estetik menghadapi segala sesuatu dari sudut pandang bentuk dan
keharmonisan serta cenderung menghayati
secara pasif
segala sesuatu yang sedang dihadapinya. Tujuan utama dalam hidupnya adalah
tercapainya self-realization, self-fulfillment dan self- enjoyment.
Individu yang dominan dalam system ini eksentirk,
menetang, kurang lancar bergaul
dengan orang lain, dan rendah rasa solidaritas.
4.
Nilai Sosial
Dominan dalam dirinya memiliki sikap sosial yang mengutamakan kehidupan
bersama, dan memiliki cukup tinggi keinginan untuk mengabdi dirinya bagi
kepntingan umum, mereka memiliki sifat baik hati, tidak mementingkan dirinya
sendiri, dermawan, dan simpatik.
5.
Nilai Politik
Individu
yang dominan sisten politknya cenderung
bersikap mengejar kekuasaan atau ingin
berkuasa sehingga yang dikejar adalah ingin menjadi pemimpin, senang
berkompetensi dan perjuangan.
6.
Nilai Religi
Berkaitan
dengan nilai keagamaan.
B.
Pengertian Nilai dan Sikap
Nilai adalah keyakinan,
kepercayaan,, norma atau kepatuhan-kepatuhan
yang dianut oleh seseorang ataupun
kelompok masyarakat tentang sesuatau
(Kosasih Djahiri, 1980:5) , sedangkan menurut Fraenkel dalam Husein Achmad (1981:87)
nilai mengambarkan sesuatu penghargaan atau
semangat yang diberikan seseorang atas pengalaman-pengalamannya. Selanjutnya
Koentjaraningrat (1974) mengemukakan
bahwa suatu sistem nilai budaya terdiri dari konsepsi-konsepsi yang hidup dalam
pikiran sebagian besar dari warga masyarakat, mengenai hal-hal yang harus
mereka anggap amat bernilai dalam hidup.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa,
secara umum nilai merupakan ukuran tentang
baik buruk, tentang tata laku
yang telah mendalam dalam kehidupan masyarakat. Nilai merupakan pencerminan
budaya suatu kelompok masyarakat.
Menurut Bimo
Walgito, sikap adalah keadaan
yang ada pada diri manusia yang menggerakkan
untuk bertindak dan menyertai manusia dengan perasaan-perasaan tertentu dalam
menanggapi objek dan semua itu terbentuk atas pengalaman
(1983: 52-55). Menurut Siti Partini Suardiman (1894: 74), sikap merupakan
kesiapan merespon yang bersifaat positif atau negatif terhadap objek atau
situasi secara konsisten. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan,
sikap merupakan reaksi emisional seseorang terhadap lingkungannya, baik secara
positif atau negatif baik berkenaan
dengan tujuan maupun penolakan tentang kondisi
sosial
yang dialaminya.
C.
Menanamkan Nilai dan Sikap Dalm Ilmu
Strategi pengajaran diri dalam IPS
bertujuan untuk membina dan mengembangkan sikap mental yang baik. Dengan
terbinanya nilai- nilai secara baik dan terarah
pada mereka, sikap mentalnya
juga akan menjadi positif terhadap
ransangan dari lingkungannya. Dengan demikian tingkah laku dan tindakannya
selalu akan dilandasi oleh tanggung jawab
terhadap dirinya sendiri dan terhadap lingkungnnya.
Menurut Paul Suparno, SJ.(2001)
sikap dan tingkah laku yang berlaku umum yang lebih mengembangkan nilai
kemanusiaan dan mengembangkan kesatuan sebagai warga masyarakat
perlu mendapatkan tekanan beberapa sikap dan tingkah laku itu antara lain
sebagai berikut:
1.
Sikap penghargaan terhadap manusia
2.
Sikap tenggang rasa, jujur, berlaku adil, suka mengabdi,
ramah, setia, sopan, dan tepat janji.
3.
Sikap demokratis dan menghargai gagasan
orang lain serta mau hidup bersama orang lain yang berbeda.
4.
Kebebasan dan bertanggung jawab.
5.
Penghargaan terhadap alam.
6.
Penghormatan terhadap Sang pencipta.
7.
Sikap yang merupakan
pengemban pribadi manusia yang menunjang penyempurnaan diri pribadi
misalnya, disiplin, bijaksana, cermat, mandiri, dan percaya diri.
Kesadaran dan
penghayatan siswa terhadap nilai yang menjadi landasan dan falsafah hidup
bangsa Indonesia harus ditanamkan secara berkesinambungan, sehingga sikap
mental siswa menjadi benar-benar memancarkan kebenaran, keluhuran, dan tanggung
jawab.
Pengajaran IPS pada
hakekatnya
adalah
pengajaran yang mensosialisasikan diri dan pribadi siswa. Dengan demikian
segala kepribadian atau sikap hendaknya
mampu meresapi (menghayati), mengadaptasi (meneriama), dan mempraktikkan
nilai-nilai umum yang berlaku dalam masyarakat. Setiap konsep, topik
atau pelajaran IPS memiliki nilai
tertentu yang oleh siswa perlu dikaji, diolah, ditelaah dicocokan dengan
dirinya, serta proses
menjadi miliknya untuk kemudian digunakan sebagai pola atau barometer perbuatan
dalam hidupnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar